"Ayo
kita kasih pelajaran Tempo !!"
Begitu
tulisan di sebuah status di media sosial. Tulisan ini pun kemudian menjadi
viral di grup-grup whatsapp, bagai sebuah komando pergerakan.
Pendukung
Jokowi yang moderat yang biasanya hanya diam dan membaca, mendadak menggerakkan
jempol mereka Google Playstore, lalu masuk ke aplikasi Tempo.
Mereka lalu
ramai-ramai menguninstall aplikasi Tempo dan memberi bintang 1 pada
penilaiannya. Belum puas, mereka komen sambil mengutuk ketidak-sopanan Tempo
pada Presiden RI.
Hasilnya ? Di
Google Playstore dalam waktu 3 hari saja, aplikasi Tempo yang mendapat bintang
4,3 langsung drop ke angka 1,1.
Dahsyat !
Di Iphone
sendiri, Tempo sekarang hanya mendapat bintang 1,2.
Situasi ini
mirip yang terjadi pada perusahaan belanja online Bukalapak, yang diserbu oleh
pendukung Jokowi saat menjelang Pilpres karena dianggap menghina. Dan kabarnya,
Bukalapak sampai goyang dan investornya marah-marah karena brand mahal perusahaan
yang sudah dikucuri dana triliunan rupiah, menjadi negatif.
Tempo
sendiri tidak merasa salah dengan memasang cover majalah bergambar Jokowi
dengan bayangan Pinokio berhidung panjang. Maksud Tempo menyindir janji Jokowi
karena dianggap ingkar atas pemberantasan korupsi.
Dan pandangan
Tempo ini juga diamini Dewan Pers, yang menganggap itu adalah bagian dari
kebebasan pers dan tidak menghina.
Merasa tidak
mungkin membawa kasus ini ke ranah hukum, gerakan rakyat pun dibangun untuk
menghajar "kekurang-ajaran" Tempo.
Gerakan ini
spontan, sebagai puncak kejengkelan karena mendengar kabar buruk sejak lama
bahwa Tempo mendapat keuntungan dari hubungannya dengan internal KPK untuk
melindungi oknum di dalamnya.
Dan Tempo
seperti tidak menutupi kedekatan atas dasar kepentingan itu. Majalah itu
seperti menjadi bumper bagi KPK dengan membangun framing pemberitaan untuk
melindungi asset berharga mereka dengan selalu menempatkan pemerintah pada
posisi yang salah.
Bagaimana
nasib Tempo selanjutnya ?
Ini kesalahan
besar. Pembaca Tempo sebagian besar adalah para pendukung Jokowi dikalangan
menengah dan terdidik. Merekalah pembeli majalah dan pembaca setia. Tempo malah
mengkhianati segmen market terbesarnya. Dan mereka benar-benar tidak sempat
berhitung apalagi mengantisipasinya.
Dengar-dengar
punggawa Tempo mulai turun bersama para investor untuk mulai menyelidiki kasus
ini. Mereka gerah dengan adanya citra negatif yang muncul akibat kasus ini.
Biar
bagaimanapun sebuah media adalah entitas bisnis. Kalau investor dan iklan tidak
mau suntik dana, habislah Tempo meninggalkan sejarah yang berakhir dengan jejak
kurang baik.
Apalagi Tempo
adalah perusahaan terbuka dengan kode perusahaan TMPO. Bisa jatuh harga
sahamnya jika tidak secepatnya menyelesaikan masalah internal mereka.
"Tempo
boleh menghina Jokowi atas nama kebebasan pers. Tapi kami juga berhak membela
Presiden RI dengan memboikot mereka.." begitu tulisan disebuah status di
media sosial.
Seorang teman
bahkan bercanda, bahwa Netizen negara +62 adalah senjata pemusnah massal yang
lebih mengerikan dari bom atom di Hiroshima.
Booom !
Seruput
kopinya.. ☕☕
0 Comments