Alhamdulillah debat
pertama Pilpres selesai. Masing-masing pendukung bisa mengaku pihaknya menang. Kullu
hizbin bima ladaihim farihun: setiap golongan merasa senang dengan
apa yang mereka punya.
Namun yang paling penting
bagi saya, dalam debat Pilpres tadi malam, terkuak bahaya Prabowo dan bagaimana
Prabowo membongkar jati dirinya dari tidak serius hingga meremehkan soal
korupsi hingga potensi diktator bila Prabowo menjabat sebagai presiden.
Prabowo koar-koar soal
pemberantasan korupsi, tapi saat ditanya partainya mencalonkan Caleg mantan
napi korupsi dia malah menjawab ‘mungkin korupsinya tidak seberapa’ ini parah
sekali. Korupsi ya korupsi jangan dilihat jumlah duit yang dikorupsi. Karena
kerusakan korupsi bukan hanya soal berapa duit yang berhasil digarong tapi
korupsi adalah rusaknya sebuah sistem, kerusakan ini pun berdampak kemana-mana.
Contohnya, saat ada yg korupsi alat kesehatan, maka jangan cuma liat berapa
duit yg dikorupsi, tapi berapa banyak korban orang yg sakit. orang sakit jadi
korban maka tidak punya masa depan dst…
Prabowo mengaitkan korupsi
dengan gaji yg rendah. Padahal yang tertangkap korupsi mereka adalah yg bergaji
& bertunjangan tinggi, dari Ketua dan Hakim MK, Ketua DPR, Ketua SKK Migas
dst korupsi lebih karena soal KESERAKAHAN bukan karena gaji tidak cukup apalagi
soal kemiskinan.
Prabowo bicara soal hak
asasi manusia (HAM) padahal dia terlibat penculikan aktivis sehingga dia yg
letnan jenderal saat itu dicopot dari jabatannya, pelanggar HAM kok ngaku
pembela HAM, ini seperti serigala yang ngaku sedang mengembala domba.
Prabowo bicara soal
kesetaraan jender, tapi faktanya pemimpin-pemimpin di partainya, Gerindra semua
laki-laki, Dari Ketua Pembina, Ketua Umum, Sekjen & pucuk-pucuk pimpinan
adalah laki-laki.
Prabowo mengaku ahli anti
teror saat bicara terorisme, faktanya dia penebar teror saat menjelang
reformasi, dengan terlihat dalam teror dan penculikan para aktivis pro
demokrasi.
Prabowo ingin presiden
sebagai panglima penegakan hukum. Ini bahaya artinya hukum bisa diintervensi
oleh politik, bahkan selera dan golongan politik presiden. Ini watak asli
seorang diktator nan tiran. Hukum akan ditegakkan sesuai selera politik yang
berkuasa. Ini bahaya, hukum harusnya independen. Presiden adalah pemimpin
tertinggi lembaga eksekutif, yg kewenangan dan jabatannya dibatasi oleh hukum,
bukan sebaliknya presiden bisa menentukan hukum. Karena hukum di bawah lembaga
Yudikatif, yang presiden pun tidak boleh intervensi. Prabowo tidak paham konsep
Trias Politica (Pemisahan Tiga Kekuasaan: Eksekutif, Yudikatif dan Legislatif).
Konsep Prabowo ini bahaya sekali, kalau dia menang akan menjadikannya seorang
diktator, maka tidak salah kalau kolomnis koran Al-Hayat, Abdullah Al-Madani
pernah menulis ‘Prabowo adalah Pinochet Indonesia’ Pinochet adalah diktator
Chile yang punya rekam jejak berdarah.
Mohamad
Guntur Romli
Sumber : gunromli.com
0 Comments